Senin, 18 Maret 2013

Vertical garden murah system irigasi manual dan otomatis


Kebun vertikal atau sering disebut pula dengan dinding hijau (Bahasa Inggris: green wall), dinding hidup, biowalls, atau ecowalls adalah metode bercocok tanam dengan menggunakan lahan yang sempit dan terbatas dengan menggunakan dinding atau ruang secara vertikal dengan menutupinya dengan tumbuhan yang tumbuh di atas media tanam. Kebanyakan kebun vertikal memiliki fasilitas pengairan terintegrasi.

Dinding ini bisa ditempatkan di dalam maupun luar ruangan, melekat ataupun terpisah dari dinding yang sudah ada, dan bisa dalam berbagai ukuran. Rekor tahun 2012, kebun vertikal terbesar dipegang oleh Los Cabos International Convention Center seluas 2.700 meter persegi.



Solusi Pembangunan
Taman Dan Ruang Terbuka Hijau 
Dengan Menggunakan 
Lahan Yang Terbatas
  
download brochure

Known Problem:
  •           Pembangunan Perumahan secara   konvensional tidak effesien dalam segi waktu (time) dan jumlah (quantity) pembangunan.
  •         Terbatasnya lahan terbuka dapat menghambat kualitas lingkungan dalam pembangunan.
  •         Pembangunan pertamanan yang terbatas karena lahan perkotaan yang semakin sempit
Infrastruktur Pertamanan sangatlah penting sebagai sarana untuk meningkatkan kesehatan dan kualitas lingkungan sekitarnya
Solusi:


Masalah masalah dalam mengatasi penghijauan di perkotaan 
    dapat di-minimalisasikan dengan menggunakan Sistem Pembangunan Taman Vertikal
"Vertikal Garden"
Vertikal Garden adalah membangun taman tanpa menggunakan lahan dengan cara menggunakan 
media tanam yang di modifikasi secara tepat guna.
Di kerjakan secara comperehensif sehingga mempercepat dalam pemasangan / pembangunan, dan  
mempermudah dalam pengiriman.
Dapat dibuat secara massal (mass production) dimana kualitas tetap terjaga.
CONTACT PERSON
J. Yudhist : 085213197982


Bekerja sebagai designer untuk landscape dan pertamanan di PT GODONGIJO ASRI  perusahaan yang menjadi pioneer dalam pembuatan vertikal garden di Indonesia berikut adalah referensi projek yang pernah dikerjakan: 

1. Summarecon Mall Serpong, Banten

2. Hotel Stone , Bali


3. Fave Hotel Kemang, Jakarta

4.Park Lane Hotel, Jakarta

5.Grand Clarion Hotel, Makassar

6.Scientia Signage

7.Tugu Tani Street, Jakarta

8. Gedung Serbaguna PU, Bandung

9. Sinar Mas Office, Subang

9. PP Plaza Wisma Subiyanto Lobby, Jakarta

10. Chevrolet Show Room, Jakarta

etc n more 

untuk informasi lebih lanjut segera hubungi : 


J. Yudhist : 085213197982     
Tahun anggaran 2013, Pemda DKI mengalokasikan dana untuk RTH sebesar Rp 1,05 Triliun. Dana tersebut sebagian besarnya untuk pembebasan lahan yang memang mahal di Jakarta. Lain halnya kalau anggaran tersebut untuk membuat Vertical Garden atau taman vertikal, maka akan menghasilkan 33.000 Ha lahan vertical garden. Dengan teknologi microirigasi dari Rainbird, maka kebutuhan air dan pemupukan otomatis akan menjaga tanaman tetap subur. Dengan rangka anti karat dan media tanam geotextile dilapis polysheet, maka vertical garden menjadi solusi membangun taman di masa yang akan datang

Kebutuhan ruang terbuka hijau (RTH) tidak hanya diperuntukkan sebagai fungsi keindahan. RTH juga dapat berfungsi sebagai tempat edukasi, ekologis dan fungsi evakuasi jika ada bencana. Sayang, DKI Jakarta masih kekurangan sekitar 20 persen RTH.

Hal itu ditegaskan pengamat perkotaan Nirwono Joga. Dia mendorong Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta menga­dakan taman atau RTH yang juga memiliki fungsi lainnya.
Menurutnya, terdapat delapan unsur agar RTH sesuai fungsi-fungsi tersebut. Yakni, unsur pe­rencanaan dan desain hijau, RTH, transportasi hijau, bangu­nan hi­jau, pengairan hijau, ada­nya pe­ngolahan sampah, hemat energi, dan komunitas hijau.
Konsep tersebut sudah sering ditawarkan kepada pemerintah kota, tak hanya di Jakarta, tapi di kota-kota lain di Indonesia.
“Na­mun rata-rata mereka tidak mau berkomitmen melakukan delapan unsur itu secara keselu­ruhan,” sesal Nirwono.
Dia mengungkapkan, di wila­yah Jakarta saat ini keberadaan RTH baru terpenuhi 10 hingga 13 persen dari total luas wilayah Ja­karta. Padahal, lanjutnya, jika sesuai Undang-undang Nomor 26 tahun 2007 tentang penataan ruang, luas RTH harus mencapai 30 persen dari total luas kota.
“Jumlah itu jauh dari seha­rusnya. Tidak heran ka­lau kota-kota di Indonesia banyak yang banjir dan polusi udaranya me­ning­kat,” ujar Nirwono.
untuk informasi lebih lanjut segera hubungi : 


J. Yudhist : 085213197982     
 Tahun anggaran 2013, Pemda DKI mengalokasikan dana untuk RTH sebesar Rp 1,05 Triliun. Dana tersebut sebagian besarnya untuk pembebasan lahan yang memang mahal di Jakarta. Lain halnya kalau anggaran tersebut untuk membuat Vertical Garden atau taman vertikal, maka akan menghasilkan 33.000 Ha lahan vertical garden. Dengan teknologi microirigasi dari Netafim dan Rainbird, maka kebutuhan air dan pemupukan otomatis akan menjaga tanaman tetap subur. Dengan rangka anti karat dan media tanam PVC Foam Board dilapis felt, maka vertical garden sekuat dinding kaca di gedung bertingkat.
Kebutuhan ruang terbuka hijau (RTH) tidak hanya diperuntukkan sebagai fungsi keindahan. RTH juga dapat berfungsi sebagai tempat edukasi, ekologis dan fungsi evakuasi jika ada bencana. Sayang, DKI Jakarta masih kekurangan sekitar 20 persen RTH.

Hal itu ditegaskan pengamat perkotaan Nirwono Joga. Dia mendorong Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta menga­dakan taman atau RTH yang juga memiliki fungsi lainnya.
Menurutnya, terdapat delapan unsur agar RTH sesuai fungsi-fungsi tersebut. Yakni, unsur pe­rencanaan dan desain hijau, RTH, transportasi hijau, bangu­nan hi­jau, pengairan hijau, ada­nya pe­ngolahan sampah, hemat energi, dan komunitas hijau.
Konsep tersebut sudah sering ditawarkan kepada pemerintah kota, tak hanya di Jakarta, tapi di kota-kota lain di Indonesia.
“Na­mun rata-rata mereka tidak mau berkomitmen melakukan delapan unsur itu secara keselu­ruhan,” sesal Nirwono.
Dia mengungkapkan, di wila­yah Jakarta saat ini keberadaan RTH baru terpenuhi 10 hingga 13 persen dari total luas wilayah Ja­karta. Padahal, lanjutnya, jika sesuai Undang-undang Nomor 26 tahun 2007 tentang penataan ruang, luas RTH harus mencapai 30 persen dari total luas kota.
“Jumlah itu jauh dari seha­rusnya. Tidak heran ka­lau kota-kota di Indonesia banyak yang banjir dan polusi udaranya me­ning­kat,” ujar Nirwono.


 Vertical Garden Patrick Blanc

Pengamat perkotaan lainnya, Yayat Supriatna mengatakan, ke­butuhan RTH di kota-kota be­sar sudah sangat mendesak. Dia men­contohkan, minimnya RTH akan menimbulkan bencana.
“Paling kecil bencana­nya sudah pasti banjir, karena ruang serap air sudah berkurang,” katanya.
Terlepas dari semua jenis mu­sibah banjir, satu hal yang men­jadi catatan penting untuk men­jadi perhatian, menurut Yayat ada­lah, daya dukung lingkung­an di perkotaan saat ini sudah me­lewati ambang batas. Hampir se­mua sumber daya hijau kota su­dah tergerus.
Dari hasil eva­luasi lima ta­hunan terhadap ren­cana kota 2010, da­lam waktu hampir lima tahun (2000-2004) Jakarta sudah kehilangan sekitar 450 hektare RTH. Jika ditotal dengan bentuk pelanggaran koe­fisiensi dasar bangunan (KDB) di daerah re­sa­pan air, total hilangnya men­capai 4.000 hektare.
“Di wilayah hulunya Sungai Cili­wung, sejak 1972 hingga 2005 telah terjadi alih fungsi la­han. Kita kehilangan 30,3 per­sen areal ve­getasi hutan dan ke­hi­langan 11,9 persen areal ve­getasi kebun cam­puran. Aki­bat­nya, hampir 5.000 mm per tahun air hujan me­lim­pah masuk ke sungai dan akhirnya meng­ge­nangi Ja­karta dan sekitar­nya,” jelas Yayat.
Ketidakmampuan Sungai Ci­liwung menampung limpahan air disebabkan terjadinya ba­nyak penyempitan lebar sungai dari 65 meter tinggal 15 hingga 20 meter. Sedangkan tingkat ke­dalamannya hanya berkisar 1 hingga 2 meter, dari kedalam­an normal yang seharusnya men­capai 5 meter.
“Bencana banjir yang selalu mengancam ibukota mem­­bukti­kan kalau pemerintah gagal mem­pertahankan kondisi ling­­kungan. Lanskap kota atau wila­yah telah berubah secara me­rata di seluruh wilayah Jabo­deta­bek,” urai Yayat.
Vertical Garden Patrick Blanc Solusi RTH Jakarta
Secara harfiah taman vertikal adalah taman yang dibangun secara tegak lurus atau vertikal (90o), dan pada umumnya menempel di dinding. Di dunia internasional taman vertikal memiliki banyak sebutan, diantaranya: vertical garden, vertical landscape, greenwall, living wall dan lain sebagainya. 
Terdapat 2 jenis taman vertikal yaitu green façades dan living wallsGreen Facades merupakan dinding yang ditumbuhi dengan tanaman yang merambat yang langsung tumbuh di dinding, sedangkan Living Wall (Patrick Blanc) merupakan dinding yang diberi media tanam untuk tanaman. Jenis ini biasanya terdiri dari rangka (frame), polysheet, sistim irigasi/penyiraman dan pemupukan otomatis, dan tanaman itu sendiri. Sistem vertical garden Patrick Blanc ini memiliki kelebihan antara lain bisa diterapkan pada gedung-gedung bertingkat hingga puluhan lantai, tanpa kekhawatiran roboh karena menggunakan rangka yang menempel di gedung seperti pemasangan kaca.


Taman vertikal dapat  membantu menyelesaikan masalah penghijauan pada area yang memiliki lahan/bidang horizontal yang luasnya terbatas. Beberapa manfaat Vertical Garden
               

 Menambah keindahan alami lingkungan

Menciptakan taman cantik di lahan terbatas

Menahan panas dari luar

Mengurangi tingkat kebisingan suara

Mengurangi polusi udara

Menangkap partikel-partikel kotoran

Meningkatkan suplai oksigen

Mempercantik wajah kota

untuk informasi lebih lanjut untuk pembuatan vertikal garden pada rumah,hotel, apartemen, kantor segera hubungi di: 


  085213197982     

1 komentar: