Kebun vertikal atau sering disebut pula dengan dinding hijau (Bahasa Inggris: green wall), dinding hidup, biowalls, atau ecowalls adalah metode bercocok tanam dengan menggunakan lahan yang sempit dan terbatas dengan menggunakan dinding atau ruang secara vertikal dengan menutupinya dengan tumbuhan yang tumbuh di atas media tanam. Kebanyakan kebun vertikal memiliki fasilitas pengairan terintegrasi.
Dinding ini bisa ditempatkan di dalam maupun luar ruangan, melekat ataupun terpisah dari dinding yang sudah ada, dan bisa dalam berbagai ukuran. Rekor tahun 2012, kebun vertikal terbesar dipegang oleh Los Cabos International Convention Center seluas 2.700 meter persegi.
Solusi
Pembangunan
Taman Dan Ruang Terbuka
Hijau
Dengan Menggunakan
Lahan Yang Terbatas
- Pembangunan Perumahan secara konvensional tidak effesien dalam segi waktu (time) dan jumlah (quantity) pembangunan.
- Terbatasnya lahan terbuka dapat menghambat kualitas lingkungan dalam pembangunan.
- Pembangunan pertamanan yang terbatas karena lahan perkotaan yang semakin sempit
Infrastruktur Pertamanan sangatlah penting sebagai sarana untuk
meningkatkan kesehatan dan kualitas
lingkungan sekitarnya
Solusi:
Masalah masalah dalam mengatasi penghijauan di perkotaan
dapat di-minimalisasikan dengan menggunakan Sistem
Pembangunan Taman Vertikal
"Vertikal Garden"
Vertikal
Garden adalah membangun taman tanpa menggunakan lahan dengan cara menggunakan
media tanam yang di modifikasi secara tepat guna.
Di kerjakan secara comperehensif sehingga mempercepat dalam pemasangan / pembangunan, dan
mempermudah dalam pengiriman.
Dapat dibuat secara massal (mass production) dimana kualitas tetap terjaga.
CONTACT PERSON
J. Yudhist : 085213197982
1. Summarecon Mall Serpong, Banten
2. Hotel Stone , Bali
3. Fave Hotel Kemang, Jakarta
4.Park Lane Hotel, Jakarta
5.Grand Clarion Hotel, Makassar
6.Scientia Signage
7.Tugu Tani Street, Jakarta
8. Gedung Serbaguna PU, Bandung
9. Sinar Mas Office, Subang
9. PP Plaza Wisma Subiyanto Lobby, Jakarta
10. Chevrolet Show Room, Jakarta
etc n more
untuk informasi lebih lanjut segera hubungi :
J. Yudhist : 085213197982
Bekerja sebagai designer untuk landscape dan pertamanan di PT GODONGIJO ASRI perusahaan yang menjadi pioneer dalam pembuatan vertikal garden di Indonesia berikut adalah referensi projek yang pernah dikerjakan:
1. Summarecon Mall Serpong, Banten
2. Hotel Stone , Bali
3. Fave Hotel Kemang, Jakarta
4.Park Lane Hotel, Jakarta
5.Grand Clarion Hotel, Makassar
6.Scientia Signage
7.Tugu Tani Street, Jakarta
8. Gedung Serbaguna PU, Bandung
9. Sinar Mas Office, Subang
9. PP Plaza Wisma Subiyanto Lobby, Jakarta
10. Chevrolet Show Room, Jakarta
etc n more
untuk informasi lebih lanjut segera hubungi :
J. Yudhist : 085213197982
Tahun anggaran 2013, Pemda DKI
mengalokasikan dana untuk RTH sebesar Rp 1,05 Triliun. Dana tersebut
sebagian besarnya untuk pembebasan lahan yang memang mahal di Jakarta.
Lain halnya kalau anggaran tersebut untuk membuat Vertical Garden atau
taman vertikal, maka akan menghasilkan 33.000 Ha lahan vertical garden.
Dengan teknologi microirigasi dari Rainbird, maka kebutuhan
air dan pemupukan otomatis akan menjaga tanaman tetap subur. Dengan
rangka anti karat dan media tanam geotextile dilapis polysheet, maka
vertical garden menjadi solusi membangun taman di masa yang akan datang
Pengamat perkotaan lainnya, Yayat Supriatna mengatakan, kebutuhan RTH di kota-kota besar sudah sangat mendesak. Dia mencontohkan, minimnya RTH akan menimbulkan bencana.
“Paling kecil bencananya sudah pasti banjir, karena ruang serap air sudah berkurang,” katanya.
Terlepas dari semua jenis musibah banjir, satu hal yang menjadi catatan penting untuk menjadi perhatian, menurut Yayat adalah, daya dukung lingkungan di perkotaan saat ini sudah melewati ambang batas. Hampir semua sumber daya hijau kota sudah tergerus.
Dari hasil evaluasi lima tahunan terhadap rencana kota 2010, dalam waktu hampir lima tahun (2000-2004) Jakarta sudah kehilangan sekitar 450 hektare RTH. Jika ditotal dengan bentuk pelanggaran koefisiensi dasar bangunan (KDB) di daerah resapan air, total hilangnya mencapai 4.000 hektare.
“Di wilayah hulunya Sungai Ciliwung, sejak 1972 hingga 2005 telah terjadi alih fungsi lahan. Kita kehilangan 30,3 persen areal vegetasi hutan dan kehilangan 11,9 persen areal vegetasi kebun campuran. Akibatnya, hampir 5.000 mm per tahun air hujan melimpah masuk ke sungai dan akhirnya menggenangi Jakarta dan sekitarnya,” jelas Yayat.
Ketidakmampuan Sungai Ciliwung menampung limpahan air disebabkan terjadinya banyak penyempitan lebar sungai dari 65 meter tinggal 15 hingga 20 meter. Sedangkan tingkat kedalamannya hanya berkisar 1 hingga 2 meter, dari kedalaman normal yang seharusnya mencapai 5 meter.
“Bencana banjir yang selalu mengancam ibukota membuktikan kalau pemerintah gagal mempertahankan kondisi lingkungan. Lanskap kota atau wilayah telah berubah secara merata di seluruh wilayah Jabodetabek,” urai Yayat.
Kebutuhan ruang terbuka hijau (RTH) tidak hanya
diperuntukkan sebagai fungsi keindahan. RTH juga dapat berfungsi sebagai tempat
edukasi, ekologis dan fungsi evakuasi jika ada bencana. Sayang, DKI Jakarta
masih kekurangan sekitar 20 persen RTH.
Hal itu ditegaskan pengamat perkotaan Nirwono Joga. Dia mendorong Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta mengadakan taman atau RTH yang juga memiliki fungsi lainnya.
Menurutnya, terdapat delapan unsur agar RTH sesuai fungsi-fungsi tersebut. Yakni, unsur perencanaan dan desain hijau, RTH, transportasi hijau, bangunan hijau, pengairan hijau, adanya pengolahan sampah, hemat energi, dan komunitas hijau.
Konsep tersebut sudah sering ditawarkan kepada pemerintah kota, tak hanya di Jakarta, tapi di kota-kota lain di Indonesia.
“Namun rata-rata mereka tidak mau berkomitmen melakukan delapan unsur itu secara keseluruhan,” sesal Nirwono.
Dia mengungkapkan, di wilayah Jakarta saat ini keberadaan RTH baru terpenuhi 10 hingga 13 persen dari total luas wilayah Jakarta. Padahal, lanjutnya, jika sesuai Undang-undang Nomor 26 tahun 2007 tentang penataan ruang, luas RTH harus mencapai 30 persen dari total luas kota.
“Jumlah itu jauh dari seharusnya. Tidak heran kalau kota-kota di Indonesia banyak yang banjir dan polusi udaranya meningkat,” ujar Nirwono.
Hal itu ditegaskan pengamat perkotaan Nirwono Joga. Dia mendorong Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta mengadakan taman atau RTH yang juga memiliki fungsi lainnya.
Menurutnya, terdapat delapan unsur agar RTH sesuai fungsi-fungsi tersebut. Yakni, unsur perencanaan dan desain hijau, RTH, transportasi hijau, bangunan hijau, pengairan hijau, adanya pengolahan sampah, hemat energi, dan komunitas hijau.
Konsep tersebut sudah sering ditawarkan kepada pemerintah kota, tak hanya di Jakarta, tapi di kota-kota lain di Indonesia.
“Namun rata-rata mereka tidak mau berkomitmen melakukan delapan unsur itu secara keseluruhan,” sesal Nirwono.
Dia mengungkapkan, di wilayah Jakarta saat ini keberadaan RTH baru terpenuhi 10 hingga 13 persen dari total luas wilayah Jakarta. Padahal, lanjutnya, jika sesuai Undang-undang Nomor 26 tahun 2007 tentang penataan ruang, luas RTH harus mencapai 30 persen dari total luas kota.
“Jumlah itu jauh dari seharusnya. Tidak heran kalau kota-kota di Indonesia banyak yang banjir dan polusi udaranya meningkat,” ujar Nirwono.
untuk informasi lebih lanjut segera hubungi :
J. Yudhist : 085213197982
Tahun anggaran 2013, Pemda DKI
mengalokasikan dana untuk RTH sebesar Rp 1,05 Triliun. Dana tersebut
sebagian besarnya untuk pembebasan lahan yang memang mahal di Jakarta.
Lain halnya kalau anggaran tersebut untuk membuat Vertical Garden atau
taman vertikal, maka akan menghasilkan 33.000 Ha lahan vertical garden.
Dengan teknologi microirigasi dari Netafim dan Rainbird, maka kebutuhan
air dan pemupukan otomatis akan menjaga tanaman tetap subur. Dengan
rangka anti karat dan media tanam PVC Foam Board dilapis felt, maka
vertical garden sekuat dinding kaca di gedung bertingkat.
J. Yudhist : 085213197982
Kebutuhan ruang terbuka hijau (RTH) tidak hanya
diperuntukkan sebagai fungsi keindahan. RTH juga dapat berfungsi sebagai tempat
edukasi, ekologis dan fungsi evakuasi jika ada bencana. Sayang, DKI Jakarta
masih kekurangan sekitar 20 persen RTH.
Hal itu ditegaskan pengamat perkotaan Nirwono Joga. Dia mendorong Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta mengadakan taman atau RTH yang juga memiliki fungsi lainnya.
Menurutnya, terdapat delapan unsur agar RTH sesuai fungsi-fungsi tersebut. Yakni, unsur perencanaan dan desain hijau, RTH, transportasi hijau, bangunan hijau, pengairan hijau, adanya pengolahan sampah, hemat energi, dan komunitas hijau.
Konsep tersebut sudah sering ditawarkan kepada pemerintah kota, tak hanya di Jakarta, tapi di kota-kota lain di Indonesia.
“Namun rata-rata mereka tidak mau berkomitmen melakukan delapan unsur itu secara keseluruhan,” sesal Nirwono.
Dia mengungkapkan, di wilayah Jakarta saat ini keberadaan RTH baru terpenuhi 10 hingga 13 persen dari total luas wilayah Jakarta. Padahal, lanjutnya, jika sesuai Undang-undang Nomor 26 tahun 2007 tentang penataan ruang, luas RTH harus mencapai 30 persen dari total luas kota.
“Jumlah itu jauh dari seharusnya. Tidak heran kalau kota-kota di Indonesia banyak yang banjir dan polusi udaranya meningkat,” ujar Nirwono.
Hal itu ditegaskan pengamat perkotaan Nirwono Joga. Dia mendorong Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta mengadakan taman atau RTH yang juga memiliki fungsi lainnya.
Menurutnya, terdapat delapan unsur agar RTH sesuai fungsi-fungsi tersebut. Yakni, unsur perencanaan dan desain hijau, RTH, transportasi hijau, bangunan hijau, pengairan hijau, adanya pengolahan sampah, hemat energi, dan komunitas hijau.
Konsep tersebut sudah sering ditawarkan kepada pemerintah kota, tak hanya di Jakarta, tapi di kota-kota lain di Indonesia.
“Namun rata-rata mereka tidak mau berkomitmen melakukan delapan unsur itu secara keseluruhan,” sesal Nirwono.
Dia mengungkapkan, di wilayah Jakarta saat ini keberadaan RTH baru terpenuhi 10 hingga 13 persen dari total luas wilayah Jakarta. Padahal, lanjutnya, jika sesuai Undang-undang Nomor 26 tahun 2007 tentang penataan ruang, luas RTH harus mencapai 30 persen dari total luas kota.
“Jumlah itu jauh dari seharusnya. Tidak heran kalau kota-kota di Indonesia banyak yang banjir dan polusi udaranya meningkat,” ujar Nirwono.
Vertical
Garden Patrick Blanc
Pengamat perkotaan lainnya, Yayat Supriatna mengatakan, kebutuhan RTH di kota-kota besar sudah sangat mendesak. Dia mencontohkan, minimnya RTH akan menimbulkan bencana.
“Paling kecil bencananya sudah pasti banjir, karena ruang serap air sudah berkurang,” katanya.
Terlepas dari semua jenis musibah banjir, satu hal yang menjadi catatan penting untuk menjadi perhatian, menurut Yayat adalah, daya dukung lingkungan di perkotaan saat ini sudah melewati ambang batas. Hampir semua sumber daya hijau kota sudah tergerus.
Dari hasil evaluasi lima tahunan terhadap rencana kota 2010, dalam waktu hampir lima tahun (2000-2004) Jakarta sudah kehilangan sekitar 450 hektare RTH. Jika ditotal dengan bentuk pelanggaran koefisiensi dasar bangunan (KDB) di daerah resapan air, total hilangnya mencapai 4.000 hektare.
“Di wilayah hulunya Sungai Ciliwung, sejak 1972 hingga 2005 telah terjadi alih fungsi lahan. Kita kehilangan 30,3 persen areal vegetasi hutan dan kehilangan 11,9 persen areal vegetasi kebun campuran. Akibatnya, hampir 5.000 mm per tahun air hujan melimpah masuk ke sungai dan akhirnya menggenangi Jakarta dan sekitarnya,” jelas Yayat.
Ketidakmampuan Sungai Ciliwung menampung limpahan air disebabkan terjadinya banyak penyempitan lebar sungai dari 65 meter tinggal 15 hingga 20 meter. Sedangkan tingkat kedalamannya hanya berkisar 1 hingga 2 meter, dari kedalaman normal yang seharusnya mencapai 5 meter.
“Bencana banjir yang selalu mengancam ibukota membuktikan kalau pemerintah gagal mempertahankan kondisi lingkungan. Lanskap kota atau wilayah telah berubah secara merata di seluruh wilayah Jabodetabek,” urai Yayat.
Vertical Garden Patrick
Blanc Solusi RTH Jakarta
Secara
harfiah taman vertikal adalah taman yang dibangun secara tegak lurus atau
vertikal (90o), dan pada umumnya menempel di dinding. Di dunia
internasional taman vertikal memiliki banyak sebutan, diantaranya: vertical
garden, vertical landscape, greenwall, living wall dan lain sebagainya.
Terdapat
2 jenis taman vertikal yaitu green façades dan living
walls. Green Facades merupakan dinding yang ditumbuhi dengan
tanaman yang merambat yang langsung tumbuh di dinding, sedangkan Living
Wall (Patrick Blanc) merupakan dinding yang diberi media tanam untuk
tanaman. Jenis ini biasanya terdiri dari rangka (frame), polysheet,
sistim irigasi/penyiraman dan pemupukan otomatis, dan tanaman itu
sendiri. Sistem vertical garden Patrick Blanc ini memiliki kelebihan
antara lain bisa diterapkan pada gedung-gedung bertingkat hingga puluhan
lantai, tanpa kekhawatiran roboh karena menggunakan rangka yang menempel di
gedung seperti pemasangan kaca.
Taman
vertikal dapat membantu menyelesaikan masalah penghijauan pada area yang
memiliki lahan/bidang horizontal yang luasnya terbatas. Beberapa manfaat
Vertical Garden
Menambah keindahan alami lingkungan
Menciptakan taman cantik di lahan terbatas
Menahan panas dari luar
Mengurangi tingkat kebisingan suara
Mengurangi polusi udara
Menangkap partikel-partikel kotoran
Meningkatkan suplai oksigen
Mempercantik wajah kota
untuk informasi lebih lanjut untuk pembuatan vertikal garden pada rumah,hotel, apartemen, kantor segera hubungi di:
085213197982
085213197982
impressif
BalasHapus